Hippies merupakan budaya yang berkembang
di Amerika Serikat pada tahun 1960-an
dimana pada tahun tersebut banyak gejolak diberbagai bidang di dalam masyarakat
Amerika Serikat. Generasi muda saat itu
kontra dengan nilai-nilai
konservatif yang dianut oleh Amerika
Serikat. Era ini dipenuhi dengan pemberontakan dan revolusi, Generasi yang terlahir
di akhir perang dunia, Menikmati dunia yang penuh polutan pertarungan ideologi.
Era tersebut ditandai oleh puncak ketegangan Perang Dingin antara Blok Barat dan
Blok Timur.Proxy war
antara kedua blok ini pecah dalam tirai revolusi Dunia Ketiga. Bahkan nyaris
menyeret dua super power beradu arsenal nuklir. Diawali dengan krisis politik
di Indo-China setelah dekolonialisasi Perancis pada akhir 1954. Pecah menjadi perang
paling brutal setelah perang dunia kedua. Ratusan ribu anak muda generasi Baby
Boomer dikirim Amerika Serikat dan sekutunya menghadapi kekejaman
perang gerilya di belantara Vietnam. Efek perang Vietnam tersebut mengubah
tatanan sosial dunia khususnya di Amerika Serikat. Lahirnya perlawanan kaum
muda melalui sub-kebudayaan Hippies menjelma menjadi gerakan
“Generasi Bunga”. Semboyan “flower and rock ‘n’ roll,” merupakan
ekspresi perlawanan terhadap tatanan sosial era Perang Dingin. DanRock ‘n’
Roll menjadi salah satu ritual ekspresi anti perang.[1]
Awalnya, kelompok ini
hanya merupakan kelompok gerakan sosial, yang dapat juga disebut alternative
social movement karena cara mereka yang hidup terpisah dan ingin
membedakan dirinya dari masyarakat umum. Lebih jauh, lagi gerakan tersebut
semakin kearah politis, yakni mengubah seperangkat kebiasaan-kebiasaan individu
seperti melestarikan lingkungan dan tidak makan daging. Perubahan-perubahan ini
diharapkan teragregasi menjadi perubahan luas di masyarakat, yang juga dapat
disebut reformative social movement. Tahap politisasi gerakan
sosial lebih jauh, yang akan dibahas mendalam pada bagian selanjutnya, mengarah
pada bagaimana kelompok hippies ini berperan mengampanyekan
perdamaian.[2]
Kita ketahui sekarang motif fashion yang digunnakan kaum Hippies dominan dengan
bunga-bunga, mandala, dan warna-warni. Hippies merupakan counter-culture yang memiliki pengaruh pada masyarakat. Kebiasaan kaum hippies dengan sex bebas,
penggunaan obat-obatan, marijuana, dan LSD ( Lysergic Acid Diethylamide)[3],
dan mengekspresikan diri lewat music.[4]
Kemudian muncul istilah Psychedelic , ketika kaum hippies menggunakan benda-benda
yang menghasilkan halusinasi dan hilang kesadaran.
Psychedelic sendiri mememiliki
definisi dari bahasa Yunani yang artinya psycho/pikiran/jiwa/mental dan delic
yang artinya memanifestasikan /mewujudkan /merealisasikan, simgkatnya psychedelic
manifestasi jiwa yang mana hal ini digunakan
menggunakan obat-obatan, ganja, dan benda-benda yang menghasilkan halusinasi.
Hippies menggunakan benda tersebut dan mendengarkan musik psychedelic
memberikan efek imajinasi penuh dengan warna-warni dan efek euphoria. Secara konseptual jiwa seni
ini ialah menghubungkan kepada pergerakan
modern yang berhubungan dengan perasaan yang diakibatkan oleh pengaruh
obat bius. Tujuannya untuk menyampaikan perasaan pengalaman jiwa yang
sebenarnya palsu. Abrams adalah bapak
seni psychedelic yang pada tahun 1960 membuka “Coda Galeri”, dan pada tahun 1965
menjadikan New York sebagai pusat kesenian psychedelic pertama
dunia. Selain melukis, Abrams juga menciptakan bentuk seni lain dengan
menggunakan media yang berbeda, seperti patung, video, film, animasi, komik dan
seni pertunjukan. [5]Komunitas hippie
mempelajari seni alternatif seperti teater jalanan, musik folk dan psychedelic ock. Para disainernya otodidak dan klien mereka adalah group rock dan promotor tari-tarian dan
musik bersuara keras menggunakan teknik
pencahayaan berkilau dan warna-warni
yang dipantulkan/disiramkan ke seluruh panggung dan penyanyinya.
Gaya psychedelic yang pada mulanya dijadikan “jati diri” dan simbol anti kemapanan dan perlawanan kawula muda Amerika Serikat terhadap kebijakan
politik di negaranya tahun 1960an, pada akhirnya menjadi sebuah penanda jaman. Gelombang “zeitgeist”. Psychedelic
merupakan aliran seni yang kental pada musik, rupa dan lain sebagainya. Awal
tahun dari 1970s para pemasang iklan
menggunakan seni psychedelic
untuk menawarkan dan menjual
barang konsumsi dengan tak habis- habisnya. Mulai dari produk rambut, mobil,
rokok, dan bahkan warna rumah menjadi
tindakan pseudurebellion, semuanya
berwarna-warni penuh semangat. Pergerakan seni psychedelic
telah pula sampai pada para
pekerja dan seniman, para perancang, dan
para penulis, hingga mencapai suatu
derajat tingkat yang mengejutkan pada titik difusi budaya Seni psychedelic merupakan kode visual yang dengan bentuk simbolismenya mampu menarik perhatian untuk membaca pesannya, baik
dengan mata telanjang atau dengan
bantuan narkotika, untuk menjadi suatu
komunitas legal dari gerakan bawah
tanah.[6]
Walaupun psychedelia memakai face secession lokal, ornmen Art Nouveu, simbol-simbol dan tipografi Victorian; karya yang diilhami oleh obat-obatan dan ciri iconography,
ini merupakan gaya grafis Amerika yang khas[7],
sehingga dimanapun karya ini dibuat dan
dihasilkan orang cenderung mudah mengidentifikasi melalui elemen-elemen visualnya. Jadi Hippies merupakan faktor besar terhadap
kemunculan seni Psychedelic , yang akhirnya budaya dani aliran seni ini meluas
ke penjuru dunia dengan sloogannya tentang perdamaian, seks bebas, obat bius,
ganja, ataupun benda yang menghasilkan halusinasi.
x
[3] L. O’Neill “The Counter-Culture”, dalam William H.
Chafe and Havard Sitkoff (eds.)., A
History of Our Time: Readings on Postwar America. New York, 1983, hlm. 265.
[5]
Grogan,
Paula, Psychedelic Art
Exhibition Investigates
'The Shape Of The Mind', Issue NO.
33/2006 / May/18, 2006
[6] Baskoro Suryo
Banindro, Gaya Psychedelia Counter Culture Amerika Serikat Komodifikasi
Indonesia Kini (Universitas Kristen Petra Surabaya, 2009)
[7]
Heller,
Stephen & Fink, Anne. (1999). Less Is More:
The New Simplicity in Graphic Design.
Cinncinati, Ohio: North Lights Books.